ORANG KAYA YANG DICINTAI ALLAH

Oleh: Prof. DR. Didin Hafidhuddin, M.Sc.

Masih banyak kalangan yang berpendapat, bahwa orang Islam tidaklah perlu menjadi orang kaya. Karena hakikat kekayaan yang sesungguhnya, akan diraih oleh orang-orang yang beriman nanti di akhirat. Pendapat ini mungkin yang mengakibatkan, banyak di kalangan umat Islam yang kurang bergairah ketika bekerja serta berusaha dalam mencari rizki.


  Padahal kita sama-sama mengetahui, bahwa zakat hanya mungkin bisa dilakukan, oleh orang-orang yang mempunyai harta, demikian pula infak dan sedekah. Juga ibadah haji, hanya mungkin bisa dilakukan oleh orang-orang yang mempunyai kemampuan untuk melaksanakannya. Dan salah satu kemampuan yang menonjol adalah kemampuan di bidang materi, harta dan kekayaan yang tercermin dari kemampuan membayar BPH (biaya perjalanan haji).

Sesungguhnya kalau kita melihat ajaran Islam, kita akan mengetahui bahwa pendapat tersebut (orang Islam tidak perlu menjadi orang kaya) kurang beralasan. Memang, jika harta didapatkan dengan cara-cara yang tidak benar, haram, dzalim, dan tidak sesuai dengan tuntunan ajaran Islam, jelas hal tersebut dilarang. Umat Islam haruslah menjauhinya. Karena harta yang didapatkan dengan cara-cara demikian, akan mengakibatkan terhambatnya do’a untuk dikabulkan, dan akan terhalang pula ibadah untuk diterima oleh Allah SWT.

Sedangkan apabila harta itu didapatkan dengan cara-cara yang baik, dengan usaha yang sungguh-sungguh, tidak melalui cara-cara yang batil; tidak korupsi misalnya, maka harta itu adalah merupakan suatu nikmat sekaligus sarana ibadah kepada Allah, dan untuk membangun kualitas umat, kita perlu membangun institusi pendidikan, kesehatan (rumah sakit), dan kepentingan-kepentingan lainnya.

 Rasulullah SAW menyatakan dalam sebuah hadits: “Sesungguhnya Allah SAW sangat mencintai hamba-Nya yang bertaqwa lagi kaya, yang menyembunyikan simbol-simbol kekayaannya.”  Yang dimaksud menyembunyikan simbol-simbol kekayaannya, adalah dia berpenampilan sederhana, tidak berlebih-lebihan (bersahaja) seperti orang biasa. Tetapi dia kelihatan kaya, ketika dia berinfak dan mensedekahkan hartanya pada jalan Allah, untuk perjuangan dan kemajuan agama Islam.

Misalnya sahabat Ustman bin Affan yang terkenal kaya, tetapi dalam penampilan kesehariannya, tidak berbeda dengan yang lainnya. Namun ketika dia diperintahkan untuk berinfak dan bersedekah, dia menginfakkan seratus ekor untanya (kalau dirupiahkan +2 milyar) untuk kepentingan perjuangan dan kemajuan agama Islam, demikian pula sahabat-sahabat Nabi yang lainnya.

Itulah orang-orang kaya yang dicintai oleh Allah. Orang kaya yang bertakwa, yang kekayaannya tidak sekedar dinikmati untuk dirinya sendiri, tetapi ia rela, sadar, dan sungguh-sungguh ketika hartanya diberikan serta dipergunakan untuk masyarakat secara lebih luas. Kita sangat mendambakan lahirnya orang-orang kaya yang bertaqwa, yang sederhana yang peduli terhadap kaum dhuafa yang ada disekitarnya.

Sumber: http.virouz007.wordpress.com (foto)